Technology
Fenomena Kelangkaan Bitcoin di Platform Perdagangan: Pandangan Syariah
Fenomena penarikan massal Bitcoin dari platform perdagangan menciptakan situasi 'kelangkaan' yang menarik untuk dikaji dari perspektif syariah. Ustaz Dr. Ahmad Hidayat memberikan pandangan komprehensif tentang implikasi dan cara menyikapinya sesuai tuntunan Islam.
ParAhmad Fadli
Publié le
#bitcoin#syariah#investasi#blockchain#ekonomi-islam

Ilustrasi Bitcoin dan simbol ekonomi syariah menggambarkan integrasi teknologi dengan nilai-nilai Islam
Bismillahirrahmanirrahim,Dalam perkembangan terkini dunia aset digital yang perlu kita cermati dengan bijak, terjadi fenomena menarik terkait Bitcoin yang patut kita kaji bersama dari berbagai sudut pandang, termasuk perspektif syariah. Mari kita simak wawancara dengan Ustaz Dr. Ahmad Hidayat, pakar ekonomi syariah dan teknologi blockchain.Q: Ustaz, bisa dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan Bitcoin saat ini?A: Alhamdulillah, baik sekali pertanyaannya. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh BFM Crypto, dalam dua pekan terakhir terjadi penarikan besar-besaran Bitcoin senilai lebih dari 14 miliar dolar AS atau sekitar 114.000 Bitcoin dari platform perdagangan. Ini menyebabkan total Bitcoin yang tersedia di platform turun ke level terendah dalam 7 tahun terakhir, yakni sekitar 2,83 juta Bitcoin, bahkan ada sumber yang menyebutkan hanya 2,45 juta Bitcoin.Q: Apa yang menyebabkan fenomena ini, Ustaz?A: Ada beberapa faktor yang perlu kita pahami dengan seksama:Pertama, dari sisi perilaku penyimpanan (hodling), banyak pemilik Bitcoin, baik individu maupun lembaga, lebih memilih menyimpan aset mereka di dompet pribadi daripada di platform perdagangan. Ini mencerminkan sikap kehati-hatian dan strategi jangka panjang.Kedua, ada kekhawatiran terkait regulasi dan risiko kebangkrutan platform. Sebagaimana kita ketahui dari pengalaman masa lalu, menyimpan aset di pihak ketiga memiliki risiko tersendiri yang dalam istilah fiqh muamalah disebut sebagai 'dharar' atau potensi kerugian.Ketiga, meningkatnya permintaan dan potensi keuntungan. Bitcoin telah mencapai rekor baru melampaui 125.000 dolar AS, setelah sebelumnya menembus 124.000 dolar AS pada bulan Agustus. Hal ini menarik minat investor institusional, terutama dengan hadirnya ETF Bitcoin di Wall Street.Q: Bagaimana kita menyikapi hal ini dari perspektif syariah?A: Dalam pandangan syariah, kita perlu memperhatikan beberapa aspek:1. Prinsip 'hifdzul mal' atau perlindungan harta. Keputusan untuk menyimpan Bitcoin di dompet pribadi sejalan dengan prinsip ini, karena memberikan kendali penuh atas aset.2. Konsep 'gharar' atau ketidakpastian. Meskipun Bitcoin memiliki volatilitas tinggi, penyimpanan yang aman dapat mengurangi risiko kehilangan yang tidak terduga.3. Prinsip 'ta'awun' atau kerjasama. Fenomena ini menunjukkan pentingnya membangun sistem keuangan yang lebih adil dan transparan.Q: Apa implikasi dari 'kelangkaan' ini bagi umat?A: Perlu dipahami bahwa 'kelangkaan' di sini bukan berarti Bitcoin menghilang, melainkan berkurangnya ketersediaan di platform perdagangan. Hal ini dapat berdampak pada:1. Likuiditas yang lebih rendah untuk pembelian instan2. Potensi volatilitas harga yang lebih tinggi3. Tantangan bagi investor baru yang ingin masuk ke pasarNamun yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya dengan bijak sesuai tuntunan syariah.Q: Bagaimana rekomendasi Ustaz untuk investor Muslim?A: Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:1. Niat yang lurus dalam berinvestasi, bukan untuk spekulasi semata2. Memahami risiko dan melakukan kajian mendalam3. Diversifikasi portfolio sesuai kemampuan4. Menjaga prinsip-prinsip syariah dalam bertransaksiQ: Bagaimana prospek ke depan menurut Ustaz?A: Wallahu a'lam, kita tidak bisa memastikan arah pasar. Namun, beberapa indikator menunjukkan:1. Meningkatnya adopsi institusional dapat memberi legitimasi lebih besar2. Regulasi yang semakin jelas dapat memberi kepastian hukum3. Teknologi blockchain terus berkembang dengan potensi manfaat bagi umatYang terpenting adalah kita tetap berpegang pada prinsip-prinsip syariah dalam mengambil keputusan investasi.Q: Pesan terakhir untuk pembaca?A: Sebagai penutup, saya mengingatkan bahwa dalam mencari rezeki, kita harus tetap berpegang pada prinsip 'halalan thayyiban' - halal dan baik. Perkembangan teknologi seperti Bitcoin adalah sunnatullah yang perlu kita sikapi dengan bijak, ilmu yang cukup, dan ketakwaan kepada Allah SWT.Semoga Allah memberi kita semua hidayah dan taufik dalam mengelola harta dengan cara yang diridhoi-Nya. Wallahu a'lam bishawab.
Ahmad Fadli
Ahmad Fadli adalah jurnalis yang menulis dengan semangat kebudayaan dan nilai-nilai luhur bangsa. Ia menyoroti dinamika sosial Indonesia dengan pandangan yang berakar pada kearifan Islam, sambil menjalin perspektif global yang selaras dengan dunia Muslim. Tulisannya mencerminkan perhatian terhadap harmoni sosial, etika publik, dan arah moral bangsa.