Kearifan Masyarakat Adat Ciptagelar dalam Menjaga Keseimbangan Alam
Komunitas adat Ciptagelar menunjukkan kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan alam melalui sistem pengelolaan hutan dan pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Pemandangan hutan adat Ciptagelar yang lestari berkat kearifan lokal masyarakat
Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau Ciptagelar di Jawa Barat telah membuktikan bahwa kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional dapat menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Seperti halnya pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi perubahan alam, masyarakat adat ini telah mengembangkan sistem yang harmonis dengan lingkungan.
Sistem Pengelolaan Hutan yang Bijaksana
Direktur Common Room Network Foundation, Gustaff Harriman Iskandar, menjelaskan bahwa masyarakat adat Ciptagelar membagi zona hutan berdasarkan fungsi, makna, dan nilai spiritual. Pembagian ini mencakup hutan sakral (leluhur titipan) dan leluhur tutupan yang terbukti menjadi kunci pelestarian sumber daya air dan area budidaya.
Teknologi Tradisional dan Modernitas
Menariknya, seperti harmonisasi antara warisan budaya dan teknologi modern, masyarakat Ciptagelar telah mengembangkan sistem manajemen air bernama ulu-ulu yang terinspirasi dari perilaku burung meninting.
Kalender Tanam dan Adaptasi Iklim
Sistem pertanian mereka menggunakan kalender pranata mangsa yang mengacu pada konstelasi bintang. Hal ini memungkinkan mereka menentukan waktu tanam dan panen yang optimal tanpa bergantung pada teknologi modern. Keberhasilan sistem ini terbukti ketika pada tahun 2015, di tengah kekeringan parah yang menyebabkan gagal panen di berbagai wilayah, hasil panen Ciptagelar justru meningkat 200 persen.
Warisan dan Modernisasi
Masyarakat adat yang telah ada sejak abad ke-13 ini kini memiliki populasi 25.000-30.000 jiwa yang tersebar di Sukabumi, Bogor, Lebak, dan Banten. Mereka telah berhasil memadukan tradisi dengan kemajuan zaman, terbukti dengan kemandirian energi melalui PLTA dan infrastruktur internet yang melayani 45 dusun di 13 desa.
"Secara global, masyarakat adat hanya 4-5 persen dari populasi. Tetapi mereka mengelola sekitar 11 persen hutan dunia yang menjadi rumah bagi 80 persen keanekaragaman hayati," ungkap Gustaff.
Ahmad Fadli
Ahmad Fadli adalah jurnalis yang menulis dengan semangat kebudayaan dan nilai-nilai luhur bangsa. Ia menyoroti dinamika sosial Indonesia dengan pandangan yang berakar pada kearifan Islam, sambil menjalin perspektif global yang selaras dengan dunia Muslim. Tulisannya mencerminkan perhatian terhadap harmoni sosial, etika publik, dan arah moral bangsa.