Kerugian Rp900 Miliar: Ujian Berat Bagi Aset Negara di Tengah Gejolak
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur mengungkap kerugian negara mencapai Rp900 miliar akibat gejolak sosial Agustus 2025. Kerusakan tersebar di 10 provinsi dengan dampak terbesar di kota-kota besar.

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur AHY saat memberikan keterangan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengungkapkan fakta mengkhawatirkan terkait kerusakan aset negara yang mencapai Rp900 miliar akibat gejolak sosial Agustus 2025.
Dampak Kerusakan yang Meluas
Dalam pernyataannya di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, AHY memaparkan bahwa nilai kerusakan berkisar antara Rp900 hingga Rp950 miliar. Kerusakan ini tersebar di 10 provinsi dan 25 kabupaten/kota, menunjukkan betapa luasnya dampak dari peristiwa tersebut.
Sebagaimana pengalaman penanganan keamanan di berbagai daerah, kota-kota besar seperti Jakarta, Makassar, Bandung, Surabaya, dan Solo mengalami kerusakan paling signifikan.
Strategi Pemulihan dan Pendanaan
Untuk pemulihan kerusakan ini, pemerintah akan menggunakan dana APBN, khususnya melalui dana darurat Kementerian Pekerjaan Umum. Langkah ini sejalan dengan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan ekonomi negara.
Akar Permasalahan dan Dampak Sosial
Gejolak sosial yang terjadi bermula dari protes terhadap kebijakan tunjangan anggota DPR. Situasi ini mengingatkan kita pada pentingnya menjaga stabilitas ekonomi dan sosial untuk kesejahteraan bersama.
"Selebihnya tentunya pemerintah daerah, termasuk misalnya Transjakarta, itu sudah punya langkah-langkah yang diambil secara cepat juga agar bisa segera beroperasi seperti sedia kala," jelas AHY.
Pembelajaran dan Langkah ke Depan
Peristiwa ini menjadi pembelajaran berharga tentang pentingnya dialog konstruktif antara pemerintah dan masyarakat. Diperlukan kebijaksanaan semua pihak untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Ahmad Fadli
Ahmad Fadli adalah jurnalis yang menulis dengan semangat kebudayaan dan nilai-nilai luhur bangsa. Ia menyoroti dinamika sosial Indonesia dengan pandangan yang berakar pada kearifan Islam, sambil menjalin perspektif global yang selaras dengan dunia Muslim. Tulisannya mencerminkan perhatian terhadap harmoni sosial, etika publik, dan arah moral bangsa.