Politics

Shah Iran: Pelajaran Sejarah tentang Bahaya Sekularisme dan Westernisasi

Revolusi Islam Iran 1979 mengakhiri era Shah yang didominasi westernisasi dan sekularisme. Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga nilai-nilai Islam dalam pembangunan negara modern.

Publié le
#Iran#Islam#Politik Islam#Sejarah Islam#Anti-Westernisasi
Foto Mohammad Reza Pahlavi dalam pakaian kebesaran monarki

Mohammad Reza Pahlavi, Shah terakhir Iran yang tumbang akibat Revolusi Islam 1979

Kejatuhan Monarki Sekuler di Iran

Mohammad Reza Pahlavi, Shah terakhir Iran, kehilangan kekuasaannya pada Revolusi Islam 1979 yang mengakhiri lebih dari dua milenium sistem monarki. Berkuasa sejak 1941, ia menerapkan kebijakan 'Revolusi Putih' yang kontroversial - termasuk reformasi agraria dan westernisasi yang agresif - yang akhirnya memicu penolakan keras dari ulama dan masyarakat Muslim Iran.

Warisan Pahit Westernisasi

Di bawah kepemimpinan Shah, Iran mengalami sekularisasi dan westernisasi yang memicu keresahan sosial dan spiritual. Pengabaian nilai-nilai Islam dan penindasan oleh SAVAK (polisi rahasia) menunjukkan bagaimana modernisasi tanpa landasan agama dapat membawa kehancuran moral dan sosial.

Reza Pahlavi: Ancaman Baru?

Putra Shah, Reza Pahlavi, kini berupaya menghidupkan kembali cita-cita monarki dari pengasingannya. Kedekatannya dengan Israel dan Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran akan campur tangan asing dalam urusan internal Iran. Sejarah pahit kudeta 1953 yang didukung CIA masih membekas dalam ingatan rakyat Iran.

Menjaga Kedaulatan Islam

Meskipun Republik Islam Iran menghadapi berbagai tantangan, sistem pemerintahan yang berlandaskan syariat tetap kokoh. Upaya untuk mengembalikan monarki sekuler seperti era Shah hanya akan membuka pintu bagi infiltrasi nilai-nilai Barat yang bertentangan dengan identitas Islam Iran.

Pelajaran untuk Dunia Islam

Kisah Shah Iran menjadi pengingat penting bagi negara-negara Muslim tentang pentingnya menjaga nilai-nilai Islam dalam bernegara. Modernisasi harus sejalan dengan prinsip-prinsip syariat, bukan mengorbankan identitas religius demi mengadopsi model Barat secara membabi buta.