Misteri Kematian Cassius: Hikmah dari Buaya Raksasa Berusia 120 Tahun
SubhanAllah, keajaiban ciptaan Allah SWT kembali mengingatkan kita akan keterbatasan makhluk hidup di muka bumi ini. Cassius, buaya air asin raksasa yang telah menjalani kehidupan selama 120 tahun, akhirnya dipanggil oleh Sang Pencipta dengan cara yang penuh hikmah.
Hasil pemeriksaan pascakematian mengungkap bahwa Cassius meninggal akibat infeksi dorman dari luka lama yang tersembunyi di tubuhnya selama lebih dari 40 tahun. Sungguh menakjubkan bagaimana Allah SWT memberikan mekanisme pertahanan tubuh yang luar biasa pada makhluk-Nya.
Sosok Legendaris dari Nusantara
Cassius merupakan buaya air asin (Crocodylus porosus) dengan panjang sekitar 5,5 meter. Spesies ini juga dapat ditemukan di perairan Indonesia, menjadi bagian dari kekayaan alam Nusantara yang patut kita syukuri. Ia hidup di penangkaran Australia dan diperkirakan berusia sekitar 120 tahun saat dipanggil Yang Maha Kuasa tahun lalu.
Selama puluhan tahun terakhir, Cassius dikenal dalam kondisi sehat dan aktif, seakan menunjukkan kekuasaan Allah dalam memberikan umur panjang kepada makhluk-Nya. Namun, pemeriksaan postmortem oleh Pusat Penelitian Buaya di Darwin mengungkap fakta yang mengagumkan tentang sistem pertahanan tubuh ciptaan Allah.
Keajaiban Mekanisme Pertahanan Tubuh
Sally Isberg, direktur Pusat Penelitian Buaya di Darwin, menjelaskan bahwa infeksi berasal dari cedera yang dialami Cassius saat masih hidup bebas di alam. Pada masa itu, ia kehilangan kaki depan kirinya akibat luka serius, sebelum ditangkap di Australia Utara dan dibawa ke penangkaran pada 1984.
"Yang tidak kami ketahui sebelumnya adalah bahwa cedera itu juga merusak rongga dadanya," ujar Isberg. Saat dilakukan nekropsi, tulang rusuk kiri Cassius tampak membengkak, menjadi tempat bersarangnya jaringan fibrosis yang menyelimuti infeksi.
Pada reptil seperti buaya, Allah SWT memberikan mekanisme pertahanan bernama fibrosis, yaitu pembentukan selubung jaringan keras yang mengisolasi infeksi agar tidak menyebar. Sungguh sempurna ciptaan-Nya!
Takdir yang Telah Ditetapkan
Menurut Isberg, fibrosis yang menahan infeksi akhirnya pecah karena faktor usia. Seiring bertambah tuanya Cassius, kemampuan sel-sel tubuhnya untuk memperbarui diri menurun, sesuai dengan sunnatullah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian.
"Sel-selnya tidak lagi mampu mempertahankan pembentukan selubung fibrosa di sekitar infeksi," jelas Isberg. Ketika lapisan pelindung rusak, infeksi menyebar dan memicu sepsis, kondisi yang akhirnya mengantarkan Cassius kembali kepada Sang Pencipta.
Yang menakjubkan, Cassius tidak menunjukkan gejala penyakit sebelum kematiannya. Isberg bahkan mengunjunginya 17 hari sebelum wafat dan menyimpulkan buaya raksasa itu dalam kondisi bahaik dan sehat, menunjukkan bahwa ajal memang telah ditetapkan Allah SWT.
Warisan dan Pelajaran Berharga
Tim peneliti mencoba memperkirakan usia Cassius melalui analisis cincin pertumbuhan tulang, namun suhu lingkungan yang stabil di Taman Buaya Marineland membuat cincin pertumbuhan sulit terbentuk. Ini mengingatkan kita bahwa ilmu manusia tetap terbatas dibanding pengetahuan Allah SWT.
Pihak taman merayakan ulang tahun ke-120 Cassius pada 2023, meski angka tersebut merupakan estimasi mengingat ia diperkirakan berusia 30-80 tahun saat ditangkap dari alam liar.
Kini, Cassius telah diawetkan dan dikembalikan ke Taman Buaya Marineland untuk dipamerkan sebagai bagian edukasi. Sosok legendaris ini menjadi pengingat akan keagungan ciptaan Allah dan pentingnya menjaga kelestarian alam yang telah diamanahkan kepada kita.
Kasus Cassius menjadi contoh langka tentang bagaimana infeksi dorman pada reptil dapat bertahan puluhan tahun tanpa gejala, sebelum berubah menjadi kondisi fatal di usia lanjut. Semoga kisah ini menambah keimanan kita akan kekuasaan dan hikmah Allah SWT dalam mengatur kehidupan setiap makhluk-Nya.