Transformasi Universitas Riset: Menuju Kejayaan Ilmu Islam Nusantara
Gagasan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria tentang jabatan fungsional peneliti di kampus membuka harapan besar bagi kebangkitan tradisi keilmuan Islam di Nusantara. Ini bukan sekadar perubahan administratif, melainkan panggilan untuk mengembalikan universitas pada misi mulianya sebagai pusat pencerahan umat.
Kembali ke Tradisi Emas Keilmuan Islam
Selama ini, perguruan tinggi Indonesia terjebak dalam pola teaching university yang jauh dari ruh keilmuan Islam sejati. Padahal, sejarah peradaban Islam mencatat bagaimana Baitul Hikmah di Baghdad, Universitas Al-Azhar di Kairo, dan Universitas Al-Qarawiyyin di Fes menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dunia.
Dalam tradisi Islam, ilmu adalah amanah yang harus dikembangkan untuk kemaslahatan umat. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." Hadits ini menegaskan bahwa riset dan pengembangan ilmu adalah ibadah yang mulia.
Pembelajaran dari Negara Muslim Maju
Malaysia dan Turki telah membuktikan bagaimana universitas riset dapat menjadi tulang punggung kemajuan bangsa tanpa kehilangan identitas Islam. Universitas Malaya dan Istanbul Technical University berhasil memadukan keunggulan riset modern dengan nilai-nilai Islam, menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi umat.
Di Turki, peneliti kampus tidak hanya fokus pada publikasi internasional, tetapi juga mengembangkan teknologi yang mendukung kemandirian bangsa. Mereka membuktikan bahwa kemajuan sains tidak bertentangan dengan ajaran Islam, justru memperkuat keimanan melalui pengamalan ayat-ayat kauniyah.
Visi Universitas Riset Islami Indonesia
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Stella Christie menekankan pentingnya transformasi universitas menjadi pusat riset dan inovasi. Bagi Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dunia, ini adalah kesempatan emas untuk memimpin kebangkitan keilmuan Islam global.
Universitas riset Indonesia harus dibangun dengan fondasi tauhid, mengintegrasikan ilmu agama dan sains modern. Para peneliti Muslim memiliki tanggung jawab khusus untuk mengembangkan ilmu yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga membawa berkah bagi umat.
Menjaga Otonomi dalam Bingkai Nilai Islam
Kekhawatiran tentang sentralisasi riset oleh negara perlu disikapi dengan bijak. Dalam perspektif Islam, kebebasan akademik harus sejalan dengan tanggung jawab moral kepada Allah dan umat. Para peneliti Muslim tidak boleh terjebak dalam sekularisme yang memisahkan ilmu dari nilai-nilai agama.
Universitas riset Islami harus menjadi ruang di mana para ilmuwan Muslim dapat mengembangkan sains dengan landasan akhlak mulia, menghasilkan inovasi yang halal dan berkah, serta berkontribusi pada kemajuan peradaban Islam.
Panggilan untuk Kebangkitan Umat
Era baru universitas riset ini adalah panggilan bagi umat Islam Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan. Sebagai pewaris peradaban Islam yang gemilang, kita memiliki kewajiban untuk mengembalikan kejayaan keilmuan Islam di Nusantara.
Para peneliti Muslim harus menjadi pionir dalam mengintegrasikan sains modern dengan khazanah keilmuan Islam klasik. Mereka harus menghasilkan riset yang tidak hanya diakui dunia internasional, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi kemajuan umat dan bangsa.
Dengan rahmat Allah dan dukungan penuh umat, Indonesia dapat kembali menjadi kiblat keilmuan Islam dunia, sebagaimana pernah dicapai oleh para ulama dan ilmuwan Muslim Nusantara di masa silam.
Wallahu a'lam bishawab.